Selasa, 24 Maret 2015

Apakah Homoseksual Sebuah Penyakit?

Jenis kelamin, gender, dan orientasi seksual itu secara biologi saling indipenden, masing-masing berdiri sendiri, tapi sering dicampuradukkan. Kebanyakan orang yang berjenis kelamin laki-laki bergender maskulin dan orientasi seksualnya kepada perempuan. Yang tidak demikian juga ada. Kebanyakan orang yang berjenis kelamin perempuan bergender feminin berorientasi seksual kepada laki-laki. Yang tidak demikian pun juga ada. Tapi bukan berarti orang yang tidak sama dengan orang kebanyakan lantas identik dengan orang yang mengalami gangguan atau abnormal.

Secara sederhana diketahui kalau orang
berkromosom XX itu perempuan, sedangkan yang berkromosom XY itu laki-laki. Namun tidak selalu demikian. Orang berkromosom XY tidak selalu berjenis kelamin laki-laki, orang yang berkromosom XX juga tidak selalu berjenis kelamin perempuan. Memang jarang perempuan memiliki kromosom Y, meski tidak mustahil. Karena gen pembawa unsur maskulin kromosom Y bisa hilang/rusak pada orang tertentu.

Janin manusia sampai usia 8 minggu dalam kandungan semua berjenis kelamin perempuan. Kenapa ada yang berubah menjadi laki-laki?

Kita bicarakan dulu soal jenis kelamin perubahan kadar hormon-hormon tertentulah yang mengubah sebagian dari janin-janin perempuan itu menjadi laki-laki. Dan yang membuat kadar
hormon berubah adalah mutasi genetik yang memicu perubahan aktivitas hormon, berujung terjadinya deferensiasi menjadi laki-laki dari yang awalnya perempuan. Tak banyak yang tahu bahwa munculnya jenis kelamin laki-laki adalah akibat hadirnya "si pengganggu" kromosom Y, yang mengubah stabilitas hormonal. Kebanyakan orang tahu kromosom X&Y merupakan penentu jenis kelamin. Tapi ada beberapa hal seputar kromosom ini yang belum diketahui kebanyakan orang.

Dari segi kemasannya, kromosom XY ini sangat berbeda dengan kromosom-kromosom manusia yang lain. Dulu timbul tanda tanya besar, sekarang sudah terjawab. XY ini ternyata bukan kromosom identik. Dibanding ukuran X, kromosom Y sangat kecil, seolah merupakan tambahan dadakan karena tuntutan keadaan. Kromosom Y tidak sebanding denan kromosom X. Kromosom X lebih perkasa dalam segala hal, akibatnya pertempuran X-Y adalah perkelahian tak seimbang. Dan akhirnya kromosom Y selalu harus bersembunyi sambil meninggalkan bagian-bagian yang tidak penting untuk fungsinya bila berhadapan dengan kromosom X Artinya, secara genetik, perempuan jauh lebih perkasa dari laki-laki dalam segala hal.

Bagaimana prosesnya bisa seperti itu? Berikut yang tertulis dalam kitab genom manusa. Dimasa lampau, leluhur kita beralih dari kebiasaan reptil yang menentukan jenis kelamin berdasarkan temperatur telur ke penentuan secara genetik. Alasan yang paling mungkin untuk peralihan itu adalah supaya tiap jenis kelamin dapat mulai berlatih untuk tugas khususnya masing-masing dalam pembuahan. Pada manusia, adanyanya gen penentu jenis kelamin menjadikan laki-laki, sedangkan ketidakhadiran gen itu tetap menjadikan perempuan. Namun pada burung terjadi kebalikannya. Kehadiran gen "pengganggu" itu dengan segera menarik kedekatnya gen-gen lain yang bermanfaat bagi laki-laki, misal: gen untuk otot kekar. Pada perempuan, gen-gen seperti gen otot kekar tidak diperlukan karena hanya akan menguras energi. Lebih baik jika dicadangkan untuk pengasuhan anaknya. Gen-gen sekunder semacam itu mendekatkan diri yang cocok dengan jenis kelamin yang satu dan tidak cocok dengan jenis kelamin yang lain (persaingan antar gen).

Nah, "gangguan" yang ditimbulkan oleh gen dalam kromosom Y ini tidak selalu ektrem dan menghasilkan kelaki-lakian yang seragam. Hal ini karena tertariknya gen-gen sekunder kelaki-lakian tidak selalu sama. Akibatnya ada individu yang tidak ekstrem menjadi laki-laki. Hal ini juga bisa menjelaskan bahwa mengapa lebih banyak laki-laki yg kewanita-wanitaan ketimbang sebaliknya. Ini bukan kelainan, tapi variasi normal. Secara sederhana, laki-laki yang bersifat kewanita-wanitaan bisa dibilang sebagai individu yang ingin "kembali" ke jenis kelamin asalnya, yaitu perempuan.

Kalau memang secara genetik wanita lebih perkasa, mengapa dalam kehidupan masyarakat yang terjadi justru sebaliknya (laki-laki jadi lebih superior)? Wanita dianggap inferior bukan karena alasan fisik atau genetik, tetapi lebih disebabkan alasan kultural kesejarahan. Mengapa demikian? Perempuan dianggap inferior karena dulu rata-rata berusia lebih pendek dari laki-laki. Kenapa? Karena proses melahirkan beresiko kematian tinggi. Sekarang, saat resiko proses melahirkan tak ubahnya seperti mencet jerawat, terbukti wanita didesain untuk berusia lebih panjang ketimbang laki-laki. Contohnya: siklus hormonal perempuan usia subur mengurangi resiko jantung koroner. Setelah menopause, resiko perempuan menjadi sama dengan laki-laki.

Berbicara soal jenis kelamin sama menariknya dengan berbicara gender dan orientasi seksual. Mitos dan labeling masalah ini masih mendominasi. Para ilmuwan biologi telah memberi sumbangan yang besar terhadap pemahaman yang kita miliki sekarang seputar perilaku seksual organisme hidup. Biologi telah menghapus banyak kebingungan yang disebabkan oleh takhayul dan ketidakpastian mengenai cara kerja tubuh. Salah satu contoh, kebingungan kita tentang orientasi seksual individu telah banyak diungkap oleh penelitian biologi dan neurosains. Ada banyak variasi dalam otak kita yang menghasilkan perangkat ketrampilan & perilaku individual. Variasi genetik serta hormon-hormon yang ada dalam otak selama masa perkembangan janin menjadi pondasi bagi perbedaan-perbedaan, termasuk orientasi seksual. Setelah lahir, pengalaman-pengalaman hidup akan mempengaruhi sirkuit-sirkuit otak masing-masing yang khas itu, dan memperkuat berbagai perbedaan tersebut. Salah satu jenis variasi yang ada dalam suatu rangkaian sirkuit pada otak seksual adalah ketertarikan romantis sesama jenis (homoseksual).

Orientasi seksual bukanlah masalah pemberian label diri secara sadar, tapi masalah struktur otak. Hal ini dibuktikan berbagai riset. Berbagai riset pada orang kembar, menjelaskan adanya unsur genetik dalam orientasi seksual, baik pada laki-laki atau perempuan. Sistem saraf dan sirkuit-sirkuit otak pra-kelahiran terbuka pada lingkungan hormonal yang jenisnya berlawanan. Menghasilkan vasriasi orientasi seksual. Contoh: otak yang secara genetik perempuan tapi testosteron mendominasi saat janin, maka sistem dan sirkuit itu akan berkembang ke jalur laki-laki. Lingkungan hormonal pra-kelahiran ini menimbulkan dampak permanen pada ciri-ciri pelaku, salah satunya adalah ketertarikan seksual.

Identitas gender dan orientasi seksual utama dengan peran gender pada perempuan yang kadar testosteronnya lebih tinggi dalam rahim sudah diuji. Perempuan-perempuan ini mengingat perilaku bermain mereka di masa kecil lebih kelaki-lakian dibanding perempuan yang tidak terbuka pada testosteron. Pada perempuan-perempuan ini juga didapatkan bahwa mereka lebih tertarik kepada sesama jenis dan lebih mungkin menjadi homoseksual atau biseksual.

Asal muasal homoseksualitas pada laki-laki berbeda dengan yang terjadi pada perempuan. Sebagian besar riset tentang hal ini lebih diarahkan ke laki-laki. Tapi akhir-alhir ini riset pada perempuan juga banyak mulai dilakukan. Orientasi seksual perempuan rangkaian yang lebih rumit dibanding dengan laki-laki. Perempuan homoseksual memperlihatkan respon pendengaran yang kurang peka, suatu pola yang khas didapatkan pada laki-laki. Kinerja otak perempuan biasanya lebih baik daripada otak laki-laki dalam hasil uji kefasihan bicara verbal. Tapi pada perempuan homoseksual memperlihatkan pergeseran seperti laki-laki dalam nilai-nilai kefasihan verbal mereka dengan sangat bermakna. Berbagai temuan ilmiah ini menunjukkan bahwa struktur otak baik laki-laki dan perempuan untuk orientasi seksual terbentuk selama perkembangan janin. Perkembangan otak ini mengikuti perencanaan gen-gen serta hormon-hormon individu tersebut. Kemudian kerja struktur otak akan dikuatkan lingkungan. Demikian juga dengan orientasi seksual laki-laki. Ditemukan bukti perbedaan struktur anatomi dan fungsional antara laki-laki homoseksual dan heteroseksual.

Dick Swaab menemukan, bagian dari hipotalamus yang disebut sebagai nukleus suprakhiasmatik (SCN) ukurannya 2 kali lebih besar pada laki-laki homoseksual. Perbedaan ini pada gilirannya terbukti disebabkan oleh perbedaan dalam reaksi testosteron terhadap otak yang terus berkembang. Penelitian dengan scaning MRI, kerja otak laki-laki homoseksual lebih menyerupai respon otak perempuan. Ini dilaporkan oleh Ivanka Savic dari Swedia. Dengan PET scanning, ditemukan konektivitas amigdala otak laki-laki homoseksual menyerupai kerja otak perempuan heteroseksual. Hipotalamus otak laki-laki homoseksual dirangsang oleh aroma keringat laki-laki lain. Hipotalamus laki-laki heteroseksual tidak demikian. Respon sirkuit hipotalamus yang berada diluar kesadaran manusia ini memainkan peran yang penting dalam terbentuknya orientasi seksual.

Banyak riset lain juga mendapati berbagai perbedaan struktur dan sirkuit-sirkuit di otak sehingga menghasilkan orientasi seksual yang berbeda. Dari riset-riset tentang orientasi seksual yang sudah dilakukan, menyimpulkan bahwa variasi-variasi yang ada adalah konsekuensi akibat kerja otak yang berbeda-beda. Orientasi seksual adalah hasil resultan pertentangan antar gen dan pengaruh hormon-hormon di otak sejak masa janin. Homoseksual adalah varian yang ada dari spektrum hasil kerja otak tentang orientasi seksual yang memang beragam. Bukanlah kondisi patologis. Karena bukan kondisi patologis, homoseksualitas bukan lah hal yang perlu "diluruskan". Kecuali kalau yang bersangkutan merasa terganggu.

Jika seorang homoseksual merasa tersiksa dengan keadaan orientasi seksualnya, yang jadi fokus dokter adalah menghilangkan perasaan tersiksanya. Seperti seseorang yang terlahir berkulit putih atau coklat, potensi orientasi seksual juga sudah terbentuk sejak sebelun lahir. Orientasi seksual sama juga dengan gender dan jenis kelamin, bukanlah dikotomi hitam-putih, tapi seperti spektrun abu-abu.

Jumat, 17 Januari 2014

Mengenal Hizbut Tahrir Indonesia

Hizbut Tahrir didirikan oleh Taqiyuddin An-Nabhani yang pada awalnya adalah murid Hasan Al-Banna. Dimana Hasan Al-Banna adalah pendiri Ikhwanul Muslimin.

Dalam struktur Ikhwanul Muslimin ada lembaga bernama Tandhimul Jihad, yaitu institusi jihad yang sangat rahasia. Nah, Tandhimul Jihad ini ikut perang melawan Israel. Ketika perang Arab Israel pada tahun 1948.

Pada waktu itu Arab kalah, dan negara Israel berdiri. Tandhimul Jihad pun kembali ke Mesir. Nah, Taqiyuddin An-Nabhani adalah anggota Tandhimul Jihad.

Ketika Hasan Al-Banna meninggal karena ditembak pada 1949, Taqiyuddin terus berkampanye pada kelompoknya di Syria, Libanon, dan Yordania.

Tandhimul Jihad diambil alih Sayyid Quthub. Lalu Sayid Quthub mendatangi Taqiyuddin An-Nabhani agar secara ideologi tetap di Ikhwanul Muslimin.

Tapi Taqiyuddin menolak karena ia beranggapan bahwa Ikhwanul Muslimin sudah masuk lingkaran jahiliyah. Karena perbedaan arah dan perjuangan itulah, maka Taqiyuddin An-Nabhani keluar dari Ikhwanul Muslimin dan mendirikan Hizbut Tahrir.

Perbedaannya adalah penolakannya terhadap konsep demokrasi, serta tekanannya terhadap paham kekhalifahan.

Hizbut Tahrir mengusung ide Pan-Islamisme yang bertujuan mengembalikan supremasi Islam pada abad pertengahan dalam bentuk mendirikan pemerintah Islam secara internasional, sistem kekhalifahan.

Jaringan Hizbut Tahrir bersifat internasional. Setiap negara mempunyai wakil representasinya. Wilayah pengembangan utama Hizbut Tahrir adalah negara-negara Asia tengah seperti Uzbekistan, Tajikistan, Kazakhstan. Di samping itu, Hizbut Tahrir juga kuat di Asia Selatan, terutama Bangladesh dan Pakistan.

Bagaimana Hizbut Tahrir bisa masuk ke Indonesia?

Di sinyalir ide-ide Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia sejak 1972 dan berkembang secara lamban dari halaqah-halaqah. Dan menjadi intensif ketika Abdurahman Albagdadi, seorang aktivis Hizbut Tahrir dari Australia menetap di Bogor pada sekitar 1982-1983.

Tujuan Albagdadi awalnya semata untuk membantu mengajar di pesantren Al-Ghazali, Bogor. Nah, saat itulah Abdurahman Albagdadi mulai berinteraksi dengan para aktivis mesjid kampus dari Mesjid Al-Ghifari, IPB-Bogor.

Dari sini para aktivis kampus inilah yang mulai menyebarkan gagasan Hizbut Tahrir melalui jaringan LDK sampai menyebar ke kampus-kampus di luar Bogor.

Hasil didikan Albagdadi diantaranya adalah Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia.

Di Indonesia, Hizbut Tahrir kini berkembang cukup pesat. Bahkan Indonesia telah menjadi simpul gerakan Hizbut Tahrir di Asia Tenggara.

Perlu di ketahui, metode perjuangan yang dipakai Hizbut Tahrir melalui 3 tahap: kaderisasi, sosialisasi dan merebut kekuasaan.

Saat ini Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sedang berada dalam tahap konsolidasi (marhalah tafa'ul ma'a al-ummah). Namun Thalabun Nusrah (mencari dukungan, pertolongan) sebagai salah satu ciri perjuangan HTI tahap kedua, sedang di praktekkan di Indonesia. Mendekati politisi, pemegang kekuasaan, militer, & tokoh agama dalam rangka melancarkan coup de etat damai (revolusi damai).

Digelarnya konferensi khilafah di berbagai daerah termasuk di Jakarta beberapa waktu lalu sebagai aksi show of force di Indonesia. Organisasi ini memproklamirkan diri sebagai partai politik yang berideologi Islam namun menolak bergabung dengan sistem yang ada.

Penolakan ini merupakan bentuk baku dari Hizbut Tahrir internasional. Bagi Hizbut Tahrir, ideologi yang benar adalah yang dikontruksi dari Islam. Dan bentuk negara yang senapas dengan Islam, menurut Hizbut Tahrir hanyalah Daulah Khilafah Islamiyah. Meski dalam jangka panjang HTI bercita-cita mewujudkan imperium Islam dalam kerangka Daulah Khilafah Islamiyah, sejauh ini HTI menggunakan ideologi itu sebatas sebagai paradigma kritik. Meskipun demikian perkembangannya harus diwaspadai karena HTI memiliki agresivitas dalam rekruitmen dan propaganda.

Apalagi dalam sejarahnya, Hizbut Tahrir juga pernah terlibat kudeta di negara-negara Timur Tengah. Hizbut Tahrir pernah melakukan penyusupan ke tubuh Militer Yordania pada tahun 1969 dalam upaya menggulingkan kekuasaan (kudeta) Raja Husen. Sehingga sebagian anggota Hizbut Tahrir diajukan ke pengadilan dan dihukum mati. Sampai sekarang Hizbut Tahrir masih menjadi organisasi terlarang di Yordania.

Hal yang sama dilakukan pada tahun 1971. Penyusupan ke tubuh militer oleh Hizbut Tahrir juga dilakukan di Irak pada tahun 1972. Usaha kudeta ini mengalami kegagalan.

Sejumlah upaya kudeta dan pembunuhan politik di Mesir, Jordania, Tunisia, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya pada dekade 1970-an ditengarai melibatkan aktivis Hizbut Tahrir. Kudeta di Mesir tahun 1974 yang melibatkan Salih Sirriyah dan pembunuhan Anwar Saddat 1984, diduga melibatkan aktivis Hizbut Tahrir. Kegagalan berturut-turut dalam sejumlah perebutan kekuasaan tersebut menyebabkan perkembangan gerakan Hizbut Tahrir semakin menurun di Timur Tengah. Namun, Hizbut Tahrir tampaknya bersikukuh dengan garis politiknya untuk bergerak. Metode perjuangan tidak boleh dikompromikan.

Situasi Hizbut Tahrir di Timur Tengah yang bergerak secara underground berbeda dengan Hizbut Tahrir di Indonesia yang bergerak secara leluasa. Saat ini, sasaran 'dakwah' HTI adalah mesjid-mesjid di sekolah, rumah sakit, kampus, bahkan mesjid jami' kabupaten.

Hizbut Tahrir memang tidak merubah tatacara ibadah di mesjid tersebut, tapi menginfiltrasi dengan ide-ide 'makar' terhadap NKRI. Anehnya, beberapa kali aktivis Hizbut Tahrir seperti Felix Siauw bisa mengisi progam acara di TVRI. HTI yang nyata menolak nasionalisme menyelenggarakan konferensi khilafah di Gelora Bung Karno, bahkan ditayangkan TVRI.

Ini sebenarnya juga terjadi di daerah-daerah, seperti di Jember. Ini menurut laporan yang pernah mengikuti acara HTI yang bertempat di gedung milik PMI. Temanya mencari format kepemimpinan umat. Isinya mengajak menolak demokrasi. Bahkan yang terakhir HTI mengadakan acara di gedung milik Pemkab Jember. Modusnya peringatan hari besar Islam, tapi isinya mengajak Khilafah. Duh!

Waspada Khawarij (Garis Keras)

Beberapa waktu lalu saya membaca satu kitab tentang ciri kelompok khawarij sepanjang masa. Memang, di zaman ini tidak ada kelompok dalam Islam yang menamakan diri khawarij. Tapi pola pikir dan sifat kelompok ini akan terus ada. Bahkan andai di dunia ini umat Islam tinggal 3 orang saja, salah satunya pasti ada yang punya pola pikir khawarij, garis keras.

Pertama, sebelum saya masuk pada ciri dan pola pikir umum orang khawarij (garis keras), ada beberapa hal yang mesti kita ketahui bersama. Bahwa golongan ini memang semuanya ahli ibadah dan sangat berusaha keras sebisa mungkin menerapkan syariat menurut prasangka mereka.

Ibnu Abbas, sahabat besar Nabi memberikan ciri fisik tentang kelompok ini, yaitu rata-rata dahinya gosong dan pakaiannya cingkrang. Dalam bahasa beliau, "jibahuhum qurhah minas sujud wa ayadihim ka-annaha tsufunul ibil, wa alaihim qumush murohhadhoh musyammirin".

Bahkan dalam sejarah pembasmian Islam Garis Keras oleh Ali bin Abi Thalib di Nahrawan, sebelum perang mereka semua baca Al-Qur'an. Sementara pasukan Ali yang penuh sahabat Nabi tidak melakukan seperti yang dilakukan kelompok khawarij itu.

Cukup jadi satu catatan penting, bahwa dalam kelompok khawarij, pencetusnya tak ada satupun sahabat Nabi. Dan bukankah Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh mereka? Yang membunuh hafidz Al-Qur'an pula. Dari sini, hafal Al-Qur'an bukan jaminan kesalehan.

Kembali pada ciri umum kelompok berpola pikir khawarij, yaitu:
(1) Berlebihan dalam mempraktekkan agama, cenderung mudah bilang bid'ah & menyalahkan. Dan pada ranah yang lebih ekstrem malah mengkafirkan. Ujungnya menghalalkan darah dan harta sesama muslim yang tak seide dengannya.
(2) Semangat dengan teks Al-Qur'an & Sunnah, tapi tidak memahami dengan baik apa maksud teks itu, kecuali hanya tekstual saja, itupun sepotong-sepotong. Dan inilah sumber masalah terbesarnya, sebab sering kali mereka menerapkan ayat/hadits bukan pada tempatnya, jadinya salah alamat.
(3) Cenderung mengajak melawan pemerintahan yang ada, dengan alasan pemerintahan ini tidak menerapkan syariat. Dan perhatikan, ayat yang dipakai selalu ayat "wa man lam yahkum bi maa anzalallah, dst". Sejak zaman Ali, ayat ini yang dipakai. Di manapun, kelompok ini selalu berusaha memecah belah persatuan dengan ulah mereka. Sementara Nabi sangat melarang perpecahan.
(4) Mudah sekali memberi label yang lain dengan sesat tanpa memahami apa alasan yang tak seide itu. Di level-level berat, malah langsung cap syirik.
(5) Suudzon, buruk sangka, ini penyakit hati terberat kelompok ini yang mendorong mereka pada kehancuran hidup tanpa mereka rasa. Contoh sederhana soal suudzon ini cukup mudah, menuding yang ziarah kubur dengan menyembah kuburan itu, atau yang bilang selamat natal dibilang sama dengan menyetujui kekufuran. Naif betul, sejak kapan ada orang Islam nyembah kuburan atau setuju akan kekufuran?
(6) Keras terhadap sesama muslim, apalagi yang tak seide dengan mereka. Dan pada level-level yang berat tentu saja aksi terorisme dan bom-boman itu. Tetapi kepada non-muslim umumnya mereka malah bersikap lembut dan bersahabat, apalagi jika ada kepentingan semacam politik.

Banyak sekali kenapa seseorang bisa terjebak pada pola pikir khawarij ini, meski dia mengaku tidak khawarij. Diantara penyebabnya adalah:
(1) Mempelajari agama tidak melalui jalur aslinya, jalur sambung sinambung yang diajarkan Nabi melalui keluarga dan sahabatnya.
(2) Membaca sendiri buku-buku keagamaan dengan tanpa guru/pembimbing, apalagi terjemah yang background ilmiah tukang terjemahnya tidak jelas.
(3) Lebih parah lagi belajar ilmu agama sendiri lewat internet, sementara web yang dibaca pas web yang isinya mudah menyalahkan. Dalam dunia Tarbiyah Abawiyyah Syar'iyyah (jalur transmisi ilmu agama yang dituntunkan Nabi) ada pameo cukup terkenal, bahwa seseorang yang baca buku keagamaan tanpa guru maka gurunya adalah setan. Potensi tersesatnya 80%.
(4) Faktor lainnya, menjauh dari para ulama'/kyai yang kredibel dan keilmuannya mumpuni. Ganti belajar ke ustadz-ustadz baru yang tidak jelas.
(5) Suka menafsirkan Al-Qur'an & Sunnah dengan pikirannya sendiri tanpa mau kembali ke Madzhab Empat yang telah membeberkan semua secara ilmiah. Dan malah menyalahkan ummat yang mengikut (taqlid) pada madzhab empat.

Ciri lain mereka adalah menggunakan kata-kata yang haq (ayat/hadits) untuk kepentingan terselubung mereka yang selalu busuk. Belum lagi usaha keras mereka memerangi perangkat-perangkat pembersihan hati dan jiwa yang dalam hal ini diwakili oleh tasawuf dengan mengatakan bahwa sufi itu sesat dan tasawuf tak ada dalam Islam. Dengan tanpa sadar malah hendak membusukkan hati ummat secara massal.

Ciri khas kelompok ini juga yaitu selalu merasa paling benar (padahal jelas salah) dan merasa paling ngerti agama  Kesombongan yang nyata.

Belum juga kegemaran mereka memaksakan pendapat bahkan dalam hal-hal furu'iyyah (parsial) yang ada opsi pilihan dalam syariat. Semisal ada satu persoalan yang oleh ulama ada yang membolehkan dan ada yang tidak. Nah, jika mereka memilih tidak, yang lain juga harus tidak. Jika yang lain memilih boleh, artinya yang lain itu bodoh dan salah. Dia sendiri yang merasa paling pintar dan benar.

Dalam dakwah, mereka juga tidak tahu situasi dan kondisi serta sama sekali tidak pernah bijak.

Ini masih ciri-ciri umum saja, jika masuk perincian akan lebih runyam lagi. Tapi setidaknya kita jadi tahu. Bahwa jika dalam diri kita ada benih-benih seperti ini, maka harus segera dienyahkan. Dan jika kita melihat ada teman yang pola pikirnya mulai seperti itu, nasehati dan ajak diskusi hati ke hati.

Semoga menambah ilmu dan bisa menimbang mana Islam yang dengan sistem moderatnya (manhaj wasathi) dan mana yang tidak.

Kamis, 19 Desember 2013

Kenapa Doa Kita Tidak Dikabulkan?

Tulisan ini saya ambil dari kultwinya Awy' Ameer Qolawun (@awyyyyy), silakan disimak jika berkenan.

Hari Jumat (dan malamnya) adalah waktu dan momentum yang tepat untuk memanjatkan doa apapun yang kita inginkan.

Dikatakan dalam suatu hadits bahwa di hari jumat ada jam-jam yang dirahasiakan dan jika doa seseorang tepat pada jam itu maka doanya terkabul.

Banyak diantara kita mungkin mengeluh atau membatin dalam hati kenapa selama ini berdoa tapi tak kunjung terkabul?

Sebenarnya perasaan seperti ini tidak tepat dan justru perasaan inilah yang malah menghambat terkabulnya doa itu sendiri karena dosa.

"Lho, masa perasaan kek gitu dosa?" Ya, sebab secara tidak langsung meragukan janji Allah yang telah pasti.

Bukankah Allah telah berfirman, "Ud'uni, astajib lakum"? Mintalah, berdoalah kepada-Ku, pasti Aku kabulkan.

Sementara Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya. Maka, sebenarnya yang perlu kita lakukan adalah berdoa dan sabar menunggu jawaban dari doa itu.

Karena tentu saja terkabulnya suatu doa itu melihat waktu dan kesiapan kita menerima jawaban doa itu, dan hal ini hanya Allah yang mengetahui.

Namun disana ada beberapa hal dan faktor yang bisa membuat suatu doa cepat terkabul, ini yang penting untuk kita ketahui.

Istilahnya Imam Ibnu Atho-illah as-Sakandary, doa itu mempunyai rukun, sayap, waktu dan sebab.

Jika doa itu menepati rukunnya, maka kuatlah doa itu. Jika menepati sayapnya, maka doa itu akan terangkat. Jika menepati waktunya, doa itu segera melesat, dan beruntunglah yang berdoa itu. Jika menepati sebab-sebabnya maka doa itu akan sukses terkabul.

Yang dimaksud rukun doa adalah saat berdoa tubuh kita dalam keadaan bersih, menghadap kiblat, duduk dengan khusyu', menunduk, dan mengangkat tangan. Itu tadi baru dari segi fisik. Dari segi batin, rukun doa adalah hati & pikiran terkonsentrasi sepenuhnya pada Allah, penuh pengharapan & malu pada-Nya.

Adapun sayap doa adalah meminta dengan bersungguh-sungguh, ada usaha fisik demi tergapainya doa itu, dan selalu berusaha makan yang halal. Sebab makanan dan pakaian halal cukup berpengaruh sekali dengan terkabulnya doa. Makanan/pakaian haram adalah salah satu penghambat terkabulnya doa.

Sedangkan waktunya doa adalah saat kosongnya hati dan pikiran dari selain Allah. Jam yang sangat tepat untuk ini adalah sepertiga malam terakhir. Atau saat usai sholat, saat sujud. Atau saat di tempat-tempat mustajabah semisal masjid, atau malam semisal jumat, dll.

Kalau sebab terkabulnya doa cukup banyak, tetapi yang terbesar adalah kita tidak meninggalkan membaca sholawat saat awal & akhir doa.

Maka jika kita bisa menyatukan rukun, sayap, waktu, dan sebab dalam doa kita, tentu saja peluang cepat terkabulnya suatu doa akan lebih besar.

Yang sangat penting juga adalah kemantapan akan terkabulnya doa itu. Karena jika ada keraguan dalam diri seseorang saat berdoa, malah doanya menjadi macet. Dan kesalahan-kesalahan semisal ini sering sekali terlintas tapi tidak disadari oleh yang berdoa.

Setelah mengetahui seperti ini, diharapkan tak ada rasa putus asa lagi jika doa belum juga terkabul, meski telah minta bertahun-tahun.

Teladan soal ini adalah Nabi Musa, ada doa beliau yg baru dikabulkan Allah setelah 40 tahun. Dan beliau tidak bosan serta sabar berdoa.

Alhasil Allah Yang Maha Mengetahui kapan waktunya doa, dan tak jarang baru kita berdoa saat itu juga dikabulkan. Karena semua sudah tersiapkan.

Semoga menambah ilmu, saatnya memanfaatkan hari jumat dengan sebaik-baiknya untuk berdoa. Khususnya setelah ashar sampai maghrib, karena itu waktu yang tepat, waktu yang selalu dimanfaatkan sebaik-baiknyanya oleh putri tercinta Nabi, Fathimah Azzahra'.

Akhir kata, jangan bosan & jangan putus asa saat berdoa. Sebab orang yang terus menerus mengetuk pintu, pada akhirnya pasti akan dibukakan.

Wa mudminut thorqi laa budda an yalija. Wallahu subhanahu wa ta'ala a'lam.

Rabu, 18 Desember 2013

Beda Pendapat

Dua malaikat, malaikat pembagi anugerah dan malaikat petugas siksa sedang berselisih pendapat perihal seorang Bromocorah yang telah membunuh 100 jiwa, apakah disiksa atau diampuni dosanya? Mengingat si pembunuh hendak bertaubat namun belum sempat karena keduluan ajal menjemput.

Nabi Daud berbeda pendapat dengan Nabi Sulaiman, perihal cara memberi keputusan kepada kedua wanita yang saling memperebutkan anak dan sama-sama mengaku sebagai ibunya.

Para sahabat Nabi berbeda pendapat soal perintah Nabi tentang shalat ashar di Bani Quraidhah.

Lain dari itu, Ibnu Umar selalu mengambil hukum-hukum yang berat, sementara Ibnu Abbas banyak mengambil hukum yang ringan.

Abu Bakar dan Umar pun pernah berselisih pendapat soal apa.sikap yang diambil untuk menanggulangi orang-orang murtad dan para pembangkang.

Jika kita membaca sejarah para salaf shalih kita, kita akan temukan contoh perbedaan pendapat yang banyak sekali di antara mereka.

Kenapa saya tuliskan contoh-contoh di atas? Agar kita tahu bahwa perbedaan pendapat itu sesuatu yang pasti terjadi, ia adalah hal yang dikehendaki Allah untuk makhluknya, bahkan diantara manusia-manusia terbaik pilihan-Nya.

Namun yang terpenting dan yang harus kita ketahui adalah, bagaimana cara kita bersikap dengan perbedaan pendapat itu sendiri?

Apakah saat kita berbeda pendapat dengan seseorang dalam suatu masalah, lantas perbedaan itu membuat kita saling benci dan saling bermusuhan? Atau saling olok? Saling tidak menyapa, memutus tali persaudaraan? Atau malah sampai meragukan i'tikad dan keyakinan seseorang tersebut?

Jika kita dalam menyikapi perbedaan pendapat masih seperti itu, maka itu sama sekali bukan manhaj (sistem) yang dikembangkan sahabat Nabi dalam menanggapi perbedaan pendapat.

Sama sekali bukan cara yang kita inginkan, terlebih untuk mengembalikan kejayaan Islam kembali.

Karena kita melihat banyak sekali perbedaan pendapat diantara sahabat-sahabat Nabi, tetapi hati mereka tetap satu, mereka berbeda pendapat namun saling menyayangi, tidak ada diantara mereka yang saling mengkafirkan satu terhadap yang lain, tidak saling benci, tidak saling menuduh salah satunya sebagai orang sesat.

Jadi di antara mereka tetap terjalin sikap saling menghormati meskipun berbeda pendapat.

Bahkan meski sampai terjadi pertempuran salah paham sekalipun seperti yang terjadi antara Imam Ali dan Mu'awiyyah! Keduanya tetap saling menghormati dan mengakui kelebihan masing-masing.

Karena jika kita memperhatikan yang terjadi saat ini, diantara permasalahan dasar ummat ini adalah bahwa sebagian orang mempunyai keinginan agar kita tidak saling berbeda pendapat selamanya, agar kita selalu sepakat, tauhidul fikroh (penyatuan pemikiran) dalam setiap hal tanpa kecuali.

Dan jika terjadi perbedaan pendapat dalam hal sekunder, semisal hal furu'iyyah seolah telah terjadi bencana besar, dan mulai mengganggap yang berbeda pendapat dengan telah sesat dan kafir!

Target untuk "tidak berbeda pendapat sama sekali" adalah target yang salah dan hanya mimpi di siang bolong serta tak akan pernah terwujud selamanya, sebab kita adalah manusia yang mempunyai tata cara berpikir masing-masing.

Lantas apa yang dianjurkan? Target yang harus kita tuju adalah menyikapi perbedaan pendapat dengan tetap saling menghormati, dan alangkah baiknya kita menerapkan kaidah Imam Syafi'i soal beda pendapat.

Kata beliau, "pendapatku bagiku benar, namun bisa saja salah. Sedang pendapat selainku, bagiku salah, namun bisa saja benar."

Target yang perlu kita gapai dalam menanggapi perbedaan pendapat adalah, "kita saling membantu terhadap hal yang saling kita sepakati, dan saling memaafkan di antara kita terhadap hal yang kita saling berbeda pendapat."

Ironisnya, justru Eropa dan Amerika yang menerapkan prinsip ini dalam keseharian mereka, sementara kita tidak menjalankannya sama sekali di era ini.

Padahal mereka saling berbeda dalam bahasa, budaya, keyakinan tetapi mereka bisa saling membantu terhadap hal yang mereka sepakati semisal penggunaan mata uang Euro, atau bisa ke negara manapun di Eropa dengan Schengen Visa.

Padahal kita sebenarnya saling sepakat dalam banyak hal, tetapi kita tidak bisa saling bantu, terlebih jika di antara kita saling berbeda aliran.

Apa yang kita lihat? Sangat menyedihkan. Padahal seharusnya selama seseorang itu bersyahadat, sholat menghadap kiblat, maka dia adalah saudara kita, meski dia Sufi, atau Salafi, atau Syiah, atau Ikhwan, atau Jama'ah Tabligh atau Liberal; seluruhnya tetap sama, Muslim.

Sekali lagi, bahwa di antara penyebab kemurtadan adalah sebab saling cakar saat terjadi perbedaan pendapat dalam tubuh umat Islam.

(Dikutip dari Awy' Ameer Qolawun)

Selasa, 17 Desember 2013

Berjilbab Tak Ada Hubungannya Dengan Akhlak

Dalam pandangan masyarakat kita, wanita berjilbab selalu diidentikkan sebagai wanita yang santun, kalem, rajin shalat, rajin bersedekah, sering hadir di majelis pengajian, dan berbagai predikat kesalehan lainnya.

Boleh jadi (dan faktanya) sebagian besar wanita berjilbab memang seperti yang dipersepsikan masyarakat.

Sebaliknya, muslimah yang tak berjilbab, meski akhlaknya baik, tentu saja dipandang tak sebaik muslimah berjilbab.

Ini tentunya merupakan hal yang lumrah dan spontanitas muncul dalam benak masyarakat.

Akibatnya, jika kebetulan ada wanita berjilbab melakukan sesuatu yang kontradiktif dengan persepsi jilbab yang dikenakannya, maka sebagian besar masyarakat langsung mengaitkannya dengan jilbab yang dia kenakan.

Tindakannya itu dianggap tidak sesuai dengan jilbabnya. Lantas muncullah suara miring seperti, "Pakai jilbab, tapi kelakuannya seperti itu."

Karena hal inilah, dampaknya adalah sebagian muslimah yang belum berjilbab memilih tetap bertahan pada pilihannya untuk tidak mengenakan jilbab.

Mereka berpikiran sangat sederhana sekali, "Daripada tidak bisa menjaga sikap saat mengenakan jilbab, lebih baik aku tidak mengenakannya sekalian, biarlah aku menjilbabi hatiku terlebih dahulu, nanti saja pakai jilbab kalau sudah tua, mau wafat."

Atau muncul slogan unik, "Lebih baik pakai rok mini tapi bermental jilbab, daripada pakai jilbab tapi bermental rok mini."

Sebenarnya pengkonotasian pasti antara jilbab dengan keshalehan, merupakan pemahaman yang kurang tepat dalam masyarakat kita dalam memandang hubungan antara jilbab dengan akhlak.

Karena pada dasarnya sudah seharusnya muslimah yang shalihah menjalankan agamanya dengan baik dan mengaplikasi perintah agama dalam kehidupan sehari-harinya, salah satunya adalah memakai jilbab.

Tetapi saya bisa mengatakan, bahwa sebenarnya tak ada hubungan sama sekali antara jilbab dan berakhlak baik.

Berjilbab adalah murni perintah agama yang diberikan kepada kaum muslimah, tanpa melihat apakah moralnya baik atau buruk.

Jadi selama dia muslimah, berjilbab adalah kewajiban.

Tentu saja ada muslimah tak berjilbab, tapi itu adalah pilihan dia.

Nah, setiap pilihan tentu ada konsekuensinya, dan risiko tidak mengikuti intruksi syariat tentu saja ada sanksinya, dan sanksi syariat atas pelanggaran adalah dosa.

Memang, bermoral baik adalah tuntutan sosial, di samping tentu ajaran agama.

Namun pada dasarnya pelaksanaan segenap taklimat agama yang berhubungan dengan perintah dan larangan (salah satunya tentang jilbab) adalah permasalahan menyendiri yang berhubungan dengan ketundukan seorang hamba pada Tuhannya.

Artinya, berakhlak baik tidak ada hubungan langsung dengan itu, meski tentu secara implisit dari sudut pandang lain berkorelasi dan terkait erat.

Contoh mudahnya, meski penjahat sekalipun, ia tetap wajib menunaikan shalat. Bukan lantas karena jahat sehingga shalat tidak wajib baginya.

Okelah mungkin seorang muslimah yang belum berjilbab bilang cukup saya jilbabi hati saja dulu. Tetapi dia tetap harus mengakui bahwa berjilbab adalah wajib baginya. Siap tidak siap, baik tidak baik, kewajiban muslimah adalah berjilbab (dalam konteks bahasa yang lebih umum, menutup aurat)

Jadi kalau kita surfing di internet dan kebetulan menemukan judul-judul aneh semacam "Jilbab Bugil", "Berjilbab Tapi Telanjang", "Sex Jilbab", "Skandal Bokep Gadis Jilbab",

Atau di keseharian kita menemukan cewek berjilbab tapi bergaulnya dengan lawan jenis sangat Laa Haula wa laa quwwata illa billah, ngakak-ngakak, meluk-meluk, menggelayut manja pada lawan jenis, jalan bergandengan, bergoncengan;

Atau akhir-akhir ini kita kerap menemukan berita muslimah berhijab (bahkan bercadar) yang terlibat kasus korupsi dan narkoba; maka jangan cepat-cepat menyalahkan jilbabnya.

Karena dampak negatif generalisasi perspektif seperti itu adalah muslimah lain yang baik-baik dan berjilbab akhirnya menjadi objek omongan dan kecurigaan tak berdasar. "Jangan-jangan seperti itu juga."

Karena sekali lagi, moralitas tak ada hubungan dengan jilbab, meski tentu saja dituntut dari gadis berjilbab untuk bermoral sesuai dengan jilbabnya.

Jadi, kesimpulannya, jilbab adalah wajib dikenakan tiap muslimah yang telah memasuki usia baligh, tanpa melihat apakah moralnya baik atau jelek.

Dan moral adalah sesuatu yang sangat dituntut dalam kehidupan sosial sekaligus sebagai bentuk ihsan dalam beragama.

Maka, itu yang harus diketahui setiap muslimah terlebih dahulu. Adapun setelahnya jika dia tidak mengenakan, tentu saja berkonsekuensi dosa dan ada keharusan dari yang lain mengingatkan muslimah tadi untuk mengenakan jilbab.

Kalaupun si muslimah tadi tetap belum berkenan mengenakan, maka yang menasehati bebas tugas.

Dan tentu saja sebaliknya, jika dia mengenakan jilbab, maka pahala akan terus mengalir padanya selama jilbab itu bertengger di kepalanya, sebagai bentuk balasan atas ketaatan menjalankan perintah agama.

Soal jilbabnya lebar, kecil, bajunya ketat, longgar, itu bab menyendiri lagi yang berhubungan dengan tingkat keimanan dan ketakwaan seseorang.

Akhirnya, muslimah yang berjilbab dan berakhlak baik tentu saja adalah muslimah sempurna.

Adapun muslimah yang berjilbab namun akhlaknya tidak baik atau akhlaknya baik tetapi belum berjilbab adalah muslimah yang belum sempurna dan sedang berproses menuju kepada kesempurnaan.

Semoga kita selalu diberi Allah anugerah taufiq untuk kebaikan, dan menjalankan kewajiban agama kita sebaik-baiknya.Amin...

(Dikutip dari Awy' Ameer Qolawun)