Jumat, 17 Januari 2014

Mengenal Hizbut Tahrir Indonesia

Hizbut Tahrir didirikan oleh Taqiyuddin An-Nabhani yang pada awalnya adalah murid Hasan Al-Banna. Dimana Hasan Al-Banna adalah pendiri Ikhwanul Muslimin.

Dalam struktur Ikhwanul Muslimin ada lembaga bernama Tandhimul Jihad, yaitu institusi jihad yang sangat rahasia. Nah, Tandhimul Jihad ini ikut perang melawan Israel. Ketika perang Arab Israel pada tahun 1948.

Pada waktu itu Arab kalah, dan negara Israel berdiri. Tandhimul Jihad pun kembali ke Mesir. Nah, Taqiyuddin An-Nabhani adalah anggota Tandhimul Jihad.

Ketika Hasan Al-Banna meninggal karena ditembak pada 1949, Taqiyuddin terus berkampanye pada kelompoknya di Syria, Libanon, dan Yordania.

Tandhimul Jihad diambil alih Sayyid Quthub. Lalu Sayid Quthub mendatangi Taqiyuddin An-Nabhani agar secara ideologi tetap di Ikhwanul Muslimin.

Tapi Taqiyuddin menolak karena ia beranggapan bahwa Ikhwanul Muslimin sudah masuk lingkaran jahiliyah. Karena perbedaan arah dan perjuangan itulah, maka Taqiyuddin An-Nabhani keluar dari Ikhwanul Muslimin dan mendirikan Hizbut Tahrir.

Perbedaannya adalah penolakannya terhadap konsep demokrasi, serta tekanannya terhadap paham kekhalifahan.

Hizbut Tahrir mengusung ide Pan-Islamisme yang bertujuan mengembalikan supremasi Islam pada abad pertengahan dalam bentuk mendirikan pemerintah Islam secara internasional, sistem kekhalifahan.

Jaringan Hizbut Tahrir bersifat internasional. Setiap negara mempunyai wakil representasinya. Wilayah pengembangan utama Hizbut Tahrir adalah negara-negara Asia tengah seperti Uzbekistan, Tajikistan, Kazakhstan. Di samping itu, Hizbut Tahrir juga kuat di Asia Selatan, terutama Bangladesh dan Pakistan.

Bagaimana Hizbut Tahrir bisa masuk ke Indonesia?

Di sinyalir ide-ide Hizbut Tahrir masuk ke Indonesia sejak 1972 dan berkembang secara lamban dari halaqah-halaqah. Dan menjadi intensif ketika Abdurahman Albagdadi, seorang aktivis Hizbut Tahrir dari Australia menetap di Bogor pada sekitar 1982-1983.

Tujuan Albagdadi awalnya semata untuk membantu mengajar di pesantren Al-Ghazali, Bogor. Nah, saat itulah Abdurahman Albagdadi mulai berinteraksi dengan para aktivis mesjid kampus dari Mesjid Al-Ghifari, IPB-Bogor.

Dari sini para aktivis kampus inilah yang mulai menyebarkan gagasan Hizbut Tahrir melalui jaringan LDK sampai menyebar ke kampus-kampus di luar Bogor.

Hasil didikan Albagdadi diantaranya adalah Ismail Yusanto, Jubir Hizbut Tahrir Indonesia.

Di Indonesia, Hizbut Tahrir kini berkembang cukup pesat. Bahkan Indonesia telah menjadi simpul gerakan Hizbut Tahrir di Asia Tenggara.

Perlu di ketahui, metode perjuangan yang dipakai Hizbut Tahrir melalui 3 tahap: kaderisasi, sosialisasi dan merebut kekuasaan.

Saat ini Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sedang berada dalam tahap konsolidasi (marhalah tafa'ul ma'a al-ummah). Namun Thalabun Nusrah (mencari dukungan, pertolongan) sebagai salah satu ciri perjuangan HTI tahap kedua, sedang di praktekkan di Indonesia. Mendekati politisi, pemegang kekuasaan, militer, & tokoh agama dalam rangka melancarkan coup de etat damai (revolusi damai).

Digelarnya konferensi khilafah di berbagai daerah termasuk di Jakarta beberapa waktu lalu sebagai aksi show of force di Indonesia. Organisasi ini memproklamirkan diri sebagai partai politik yang berideologi Islam namun menolak bergabung dengan sistem yang ada.

Penolakan ini merupakan bentuk baku dari Hizbut Tahrir internasional. Bagi Hizbut Tahrir, ideologi yang benar adalah yang dikontruksi dari Islam. Dan bentuk negara yang senapas dengan Islam, menurut Hizbut Tahrir hanyalah Daulah Khilafah Islamiyah. Meski dalam jangka panjang HTI bercita-cita mewujudkan imperium Islam dalam kerangka Daulah Khilafah Islamiyah, sejauh ini HTI menggunakan ideologi itu sebatas sebagai paradigma kritik. Meskipun demikian perkembangannya harus diwaspadai karena HTI memiliki agresivitas dalam rekruitmen dan propaganda.

Apalagi dalam sejarahnya, Hizbut Tahrir juga pernah terlibat kudeta di negara-negara Timur Tengah. Hizbut Tahrir pernah melakukan penyusupan ke tubuh Militer Yordania pada tahun 1969 dalam upaya menggulingkan kekuasaan (kudeta) Raja Husen. Sehingga sebagian anggota Hizbut Tahrir diajukan ke pengadilan dan dihukum mati. Sampai sekarang Hizbut Tahrir masih menjadi organisasi terlarang di Yordania.

Hal yang sama dilakukan pada tahun 1971. Penyusupan ke tubuh militer oleh Hizbut Tahrir juga dilakukan di Irak pada tahun 1972. Usaha kudeta ini mengalami kegagalan.

Sejumlah upaya kudeta dan pembunuhan politik di Mesir, Jordania, Tunisia, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya pada dekade 1970-an ditengarai melibatkan aktivis Hizbut Tahrir. Kudeta di Mesir tahun 1974 yang melibatkan Salih Sirriyah dan pembunuhan Anwar Saddat 1984, diduga melibatkan aktivis Hizbut Tahrir. Kegagalan berturut-turut dalam sejumlah perebutan kekuasaan tersebut menyebabkan perkembangan gerakan Hizbut Tahrir semakin menurun di Timur Tengah. Namun, Hizbut Tahrir tampaknya bersikukuh dengan garis politiknya untuk bergerak. Metode perjuangan tidak boleh dikompromikan.

Situasi Hizbut Tahrir di Timur Tengah yang bergerak secara underground berbeda dengan Hizbut Tahrir di Indonesia yang bergerak secara leluasa. Saat ini, sasaran 'dakwah' HTI adalah mesjid-mesjid di sekolah, rumah sakit, kampus, bahkan mesjid jami' kabupaten.

Hizbut Tahrir memang tidak merubah tatacara ibadah di mesjid tersebut, tapi menginfiltrasi dengan ide-ide 'makar' terhadap NKRI. Anehnya, beberapa kali aktivis Hizbut Tahrir seperti Felix Siauw bisa mengisi progam acara di TVRI. HTI yang nyata menolak nasionalisme menyelenggarakan konferensi khilafah di Gelora Bung Karno, bahkan ditayangkan TVRI.

Ini sebenarnya juga terjadi di daerah-daerah, seperti di Jember. Ini menurut laporan yang pernah mengikuti acara HTI yang bertempat di gedung milik PMI. Temanya mencari format kepemimpinan umat. Isinya mengajak menolak demokrasi. Bahkan yang terakhir HTI mengadakan acara di gedung milik Pemkab Jember. Modusnya peringatan hari besar Islam, tapi isinya mengajak Khilafah. Duh!

Waspada Khawarij (Garis Keras)

Beberapa waktu lalu saya membaca satu kitab tentang ciri kelompok khawarij sepanjang masa. Memang, di zaman ini tidak ada kelompok dalam Islam yang menamakan diri khawarij. Tapi pola pikir dan sifat kelompok ini akan terus ada. Bahkan andai di dunia ini umat Islam tinggal 3 orang saja, salah satunya pasti ada yang punya pola pikir khawarij, garis keras.

Pertama, sebelum saya masuk pada ciri dan pola pikir umum orang khawarij (garis keras), ada beberapa hal yang mesti kita ketahui bersama. Bahwa golongan ini memang semuanya ahli ibadah dan sangat berusaha keras sebisa mungkin menerapkan syariat menurut prasangka mereka.

Ibnu Abbas, sahabat besar Nabi memberikan ciri fisik tentang kelompok ini, yaitu rata-rata dahinya gosong dan pakaiannya cingkrang. Dalam bahasa beliau, "jibahuhum qurhah minas sujud wa ayadihim ka-annaha tsufunul ibil, wa alaihim qumush murohhadhoh musyammirin".

Bahkan dalam sejarah pembasmian Islam Garis Keras oleh Ali bin Abi Thalib di Nahrawan, sebelum perang mereka semua baca Al-Qur'an. Sementara pasukan Ali yang penuh sahabat Nabi tidak melakukan seperti yang dilakukan kelompok khawarij itu.

Cukup jadi satu catatan penting, bahwa dalam kelompok khawarij, pencetusnya tak ada satupun sahabat Nabi. Dan bukankah Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh mereka? Yang membunuh hafidz Al-Qur'an pula. Dari sini, hafal Al-Qur'an bukan jaminan kesalehan.

Kembali pada ciri umum kelompok berpola pikir khawarij, yaitu:
(1) Berlebihan dalam mempraktekkan agama, cenderung mudah bilang bid'ah & menyalahkan. Dan pada ranah yang lebih ekstrem malah mengkafirkan. Ujungnya menghalalkan darah dan harta sesama muslim yang tak seide dengannya.
(2) Semangat dengan teks Al-Qur'an & Sunnah, tapi tidak memahami dengan baik apa maksud teks itu, kecuali hanya tekstual saja, itupun sepotong-sepotong. Dan inilah sumber masalah terbesarnya, sebab sering kali mereka menerapkan ayat/hadits bukan pada tempatnya, jadinya salah alamat.
(3) Cenderung mengajak melawan pemerintahan yang ada, dengan alasan pemerintahan ini tidak menerapkan syariat. Dan perhatikan, ayat yang dipakai selalu ayat "wa man lam yahkum bi maa anzalallah, dst". Sejak zaman Ali, ayat ini yang dipakai. Di manapun, kelompok ini selalu berusaha memecah belah persatuan dengan ulah mereka. Sementara Nabi sangat melarang perpecahan.
(4) Mudah sekali memberi label yang lain dengan sesat tanpa memahami apa alasan yang tak seide itu. Di level-level berat, malah langsung cap syirik.
(5) Suudzon, buruk sangka, ini penyakit hati terberat kelompok ini yang mendorong mereka pada kehancuran hidup tanpa mereka rasa. Contoh sederhana soal suudzon ini cukup mudah, menuding yang ziarah kubur dengan menyembah kuburan itu, atau yang bilang selamat natal dibilang sama dengan menyetujui kekufuran. Naif betul, sejak kapan ada orang Islam nyembah kuburan atau setuju akan kekufuran?
(6) Keras terhadap sesama muslim, apalagi yang tak seide dengan mereka. Dan pada level-level yang berat tentu saja aksi terorisme dan bom-boman itu. Tetapi kepada non-muslim umumnya mereka malah bersikap lembut dan bersahabat, apalagi jika ada kepentingan semacam politik.

Banyak sekali kenapa seseorang bisa terjebak pada pola pikir khawarij ini, meski dia mengaku tidak khawarij. Diantara penyebabnya adalah:
(1) Mempelajari agama tidak melalui jalur aslinya, jalur sambung sinambung yang diajarkan Nabi melalui keluarga dan sahabatnya.
(2) Membaca sendiri buku-buku keagamaan dengan tanpa guru/pembimbing, apalagi terjemah yang background ilmiah tukang terjemahnya tidak jelas.
(3) Lebih parah lagi belajar ilmu agama sendiri lewat internet, sementara web yang dibaca pas web yang isinya mudah menyalahkan. Dalam dunia Tarbiyah Abawiyyah Syar'iyyah (jalur transmisi ilmu agama yang dituntunkan Nabi) ada pameo cukup terkenal, bahwa seseorang yang baca buku keagamaan tanpa guru maka gurunya adalah setan. Potensi tersesatnya 80%.
(4) Faktor lainnya, menjauh dari para ulama'/kyai yang kredibel dan keilmuannya mumpuni. Ganti belajar ke ustadz-ustadz baru yang tidak jelas.
(5) Suka menafsirkan Al-Qur'an & Sunnah dengan pikirannya sendiri tanpa mau kembali ke Madzhab Empat yang telah membeberkan semua secara ilmiah. Dan malah menyalahkan ummat yang mengikut (taqlid) pada madzhab empat.

Ciri lain mereka adalah menggunakan kata-kata yang haq (ayat/hadits) untuk kepentingan terselubung mereka yang selalu busuk. Belum lagi usaha keras mereka memerangi perangkat-perangkat pembersihan hati dan jiwa yang dalam hal ini diwakili oleh tasawuf dengan mengatakan bahwa sufi itu sesat dan tasawuf tak ada dalam Islam. Dengan tanpa sadar malah hendak membusukkan hati ummat secara massal.

Ciri khas kelompok ini juga yaitu selalu merasa paling benar (padahal jelas salah) dan merasa paling ngerti agama  Kesombongan yang nyata.

Belum juga kegemaran mereka memaksakan pendapat bahkan dalam hal-hal furu'iyyah (parsial) yang ada opsi pilihan dalam syariat. Semisal ada satu persoalan yang oleh ulama ada yang membolehkan dan ada yang tidak. Nah, jika mereka memilih tidak, yang lain juga harus tidak. Jika yang lain memilih boleh, artinya yang lain itu bodoh dan salah. Dia sendiri yang merasa paling pintar dan benar.

Dalam dakwah, mereka juga tidak tahu situasi dan kondisi serta sama sekali tidak pernah bijak.

Ini masih ciri-ciri umum saja, jika masuk perincian akan lebih runyam lagi. Tapi setidaknya kita jadi tahu. Bahwa jika dalam diri kita ada benih-benih seperti ini, maka harus segera dienyahkan. Dan jika kita melihat ada teman yang pola pikirnya mulai seperti itu, nasehati dan ajak diskusi hati ke hati.

Semoga menambah ilmu dan bisa menimbang mana Islam yang dengan sistem moderatnya (manhaj wasathi) dan mana yang tidak.