Jumat, 17 Januari 2014

Waspada Khawarij (Garis Keras)

Beberapa waktu lalu saya membaca satu kitab tentang ciri kelompok khawarij sepanjang masa. Memang, di zaman ini tidak ada kelompok dalam Islam yang menamakan diri khawarij. Tapi pola pikir dan sifat kelompok ini akan terus ada. Bahkan andai di dunia ini umat Islam tinggal 3 orang saja, salah satunya pasti ada yang punya pola pikir khawarij, garis keras.

Pertama, sebelum saya masuk pada ciri dan pola pikir umum orang khawarij (garis keras), ada beberapa hal yang mesti kita ketahui bersama. Bahwa golongan ini memang semuanya ahli ibadah dan sangat berusaha keras sebisa mungkin menerapkan syariat menurut prasangka mereka.

Ibnu Abbas, sahabat besar Nabi memberikan ciri fisik tentang kelompok ini, yaitu rata-rata dahinya gosong dan pakaiannya cingkrang. Dalam bahasa beliau, "jibahuhum qurhah minas sujud wa ayadihim ka-annaha tsufunul ibil, wa alaihim qumush murohhadhoh musyammirin".

Bahkan dalam sejarah pembasmian Islam Garis Keras oleh Ali bin Abi Thalib di Nahrawan, sebelum perang mereka semua baca Al-Qur'an. Sementara pasukan Ali yang penuh sahabat Nabi tidak melakukan seperti yang dilakukan kelompok khawarij itu.

Cukup jadi satu catatan penting, bahwa dalam kelompok khawarij, pencetusnya tak ada satupun sahabat Nabi. Dan bukankah Ali bin Abi Thalib dibunuh oleh mereka? Yang membunuh hafidz Al-Qur'an pula. Dari sini, hafal Al-Qur'an bukan jaminan kesalehan.

Kembali pada ciri umum kelompok berpola pikir khawarij, yaitu:
(1) Berlebihan dalam mempraktekkan agama, cenderung mudah bilang bid'ah & menyalahkan. Dan pada ranah yang lebih ekstrem malah mengkafirkan. Ujungnya menghalalkan darah dan harta sesama muslim yang tak seide dengannya.
(2) Semangat dengan teks Al-Qur'an & Sunnah, tapi tidak memahami dengan baik apa maksud teks itu, kecuali hanya tekstual saja, itupun sepotong-sepotong. Dan inilah sumber masalah terbesarnya, sebab sering kali mereka menerapkan ayat/hadits bukan pada tempatnya, jadinya salah alamat.
(3) Cenderung mengajak melawan pemerintahan yang ada, dengan alasan pemerintahan ini tidak menerapkan syariat. Dan perhatikan, ayat yang dipakai selalu ayat "wa man lam yahkum bi maa anzalallah, dst". Sejak zaman Ali, ayat ini yang dipakai. Di manapun, kelompok ini selalu berusaha memecah belah persatuan dengan ulah mereka. Sementara Nabi sangat melarang perpecahan.
(4) Mudah sekali memberi label yang lain dengan sesat tanpa memahami apa alasan yang tak seide itu. Di level-level berat, malah langsung cap syirik.
(5) Suudzon, buruk sangka, ini penyakit hati terberat kelompok ini yang mendorong mereka pada kehancuran hidup tanpa mereka rasa. Contoh sederhana soal suudzon ini cukup mudah, menuding yang ziarah kubur dengan menyembah kuburan itu, atau yang bilang selamat natal dibilang sama dengan menyetujui kekufuran. Naif betul, sejak kapan ada orang Islam nyembah kuburan atau setuju akan kekufuran?
(6) Keras terhadap sesama muslim, apalagi yang tak seide dengan mereka. Dan pada level-level yang berat tentu saja aksi terorisme dan bom-boman itu. Tetapi kepada non-muslim umumnya mereka malah bersikap lembut dan bersahabat, apalagi jika ada kepentingan semacam politik.

Banyak sekali kenapa seseorang bisa terjebak pada pola pikir khawarij ini, meski dia mengaku tidak khawarij. Diantara penyebabnya adalah:
(1) Mempelajari agama tidak melalui jalur aslinya, jalur sambung sinambung yang diajarkan Nabi melalui keluarga dan sahabatnya.
(2) Membaca sendiri buku-buku keagamaan dengan tanpa guru/pembimbing, apalagi terjemah yang background ilmiah tukang terjemahnya tidak jelas.
(3) Lebih parah lagi belajar ilmu agama sendiri lewat internet, sementara web yang dibaca pas web yang isinya mudah menyalahkan. Dalam dunia Tarbiyah Abawiyyah Syar'iyyah (jalur transmisi ilmu agama yang dituntunkan Nabi) ada pameo cukup terkenal, bahwa seseorang yang baca buku keagamaan tanpa guru maka gurunya adalah setan. Potensi tersesatnya 80%.
(4) Faktor lainnya, menjauh dari para ulama'/kyai yang kredibel dan keilmuannya mumpuni. Ganti belajar ke ustadz-ustadz baru yang tidak jelas.
(5) Suka menafsirkan Al-Qur'an & Sunnah dengan pikirannya sendiri tanpa mau kembali ke Madzhab Empat yang telah membeberkan semua secara ilmiah. Dan malah menyalahkan ummat yang mengikut (taqlid) pada madzhab empat.

Ciri lain mereka adalah menggunakan kata-kata yang haq (ayat/hadits) untuk kepentingan terselubung mereka yang selalu busuk. Belum lagi usaha keras mereka memerangi perangkat-perangkat pembersihan hati dan jiwa yang dalam hal ini diwakili oleh tasawuf dengan mengatakan bahwa sufi itu sesat dan tasawuf tak ada dalam Islam. Dengan tanpa sadar malah hendak membusukkan hati ummat secara massal.

Ciri khas kelompok ini juga yaitu selalu merasa paling benar (padahal jelas salah) dan merasa paling ngerti agama  Kesombongan yang nyata.

Belum juga kegemaran mereka memaksakan pendapat bahkan dalam hal-hal furu'iyyah (parsial) yang ada opsi pilihan dalam syariat. Semisal ada satu persoalan yang oleh ulama ada yang membolehkan dan ada yang tidak. Nah, jika mereka memilih tidak, yang lain juga harus tidak. Jika yang lain memilih boleh, artinya yang lain itu bodoh dan salah. Dia sendiri yang merasa paling pintar dan benar.

Dalam dakwah, mereka juga tidak tahu situasi dan kondisi serta sama sekali tidak pernah bijak.

Ini masih ciri-ciri umum saja, jika masuk perincian akan lebih runyam lagi. Tapi setidaknya kita jadi tahu. Bahwa jika dalam diri kita ada benih-benih seperti ini, maka harus segera dienyahkan. Dan jika kita melihat ada teman yang pola pikirnya mulai seperti itu, nasehati dan ajak diskusi hati ke hati.

Semoga menambah ilmu dan bisa menimbang mana Islam yang dengan sistem moderatnya (manhaj wasathi) dan mana yang tidak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar