Selasa, 24 Maret 2015

Apakah Homoseksual Sebuah Penyakit?

Jenis kelamin, gender, dan orientasi seksual itu secara biologi saling indipenden, masing-masing berdiri sendiri, tapi sering dicampuradukkan. Kebanyakan orang yang berjenis kelamin laki-laki bergender maskulin dan orientasi seksualnya kepada perempuan. Yang tidak demikian juga ada. Kebanyakan orang yang berjenis kelamin perempuan bergender feminin berorientasi seksual kepada laki-laki. Yang tidak demikian pun juga ada. Tapi bukan berarti orang yang tidak sama dengan orang kebanyakan lantas identik dengan orang yang mengalami gangguan atau abnormal.

Secara sederhana diketahui kalau orang
berkromosom XX itu perempuan, sedangkan yang berkromosom XY itu laki-laki. Namun tidak selalu demikian. Orang berkromosom XY tidak selalu berjenis kelamin laki-laki, orang yang berkromosom XX juga tidak selalu berjenis kelamin perempuan. Memang jarang perempuan memiliki kromosom Y, meski tidak mustahil. Karena gen pembawa unsur maskulin kromosom Y bisa hilang/rusak pada orang tertentu.

Janin manusia sampai usia 8 minggu dalam kandungan semua berjenis kelamin perempuan. Kenapa ada yang berubah menjadi laki-laki?

Kita bicarakan dulu soal jenis kelamin perubahan kadar hormon-hormon tertentulah yang mengubah sebagian dari janin-janin perempuan itu menjadi laki-laki. Dan yang membuat kadar
hormon berubah adalah mutasi genetik yang memicu perubahan aktivitas hormon, berujung terjadinya deferensiasi menjadi laki-laki dari yang awalnya perempuan. Tak banyak yang tahu bahwa munculnya jenis kelamin laki-laki adalah akibat hadirnya "si pengganggu" kromosom Y, yang mengubah stabilitas hormonal. Kebanyakan orang tahu kromosom X&Y merupakan penentu jenis kelamin. Tapi ada beberapa hal seputar kromosom ini yang belum diketahui kebanyakan orang.

Dari segi kemasannya, kromosom XY ini sangat berbeda dengan kromosom-kromosom manusia yang lain. Dulu timbul tanda tanya besar, sekarang sudah terjawab. XY ini ternyata bukan kromosom identik. Dibanding ukuran X, kromosom Y sangat kecil, seolah merupakan tambahan dadakan karena tuntutan keadaan. Kromosom Y tidak sebanding denan kromosom X. Kromosom X lebih perkasa dalam segala hal, akibatnya pertempuran X-Y adalah perkelahian tak seimbang. Dan akhirnya kromosom Y selalu harus bersembunyi sambil meninggalkan bagian-bagian yang tidak penting untuk fungsinya bila berhadapan dengan kromosom X Artinya, secara genetik, perempuan jauh lebih perkasa dari laki-laki dalam segala hal.

Bagaimana prosesnya bisa seperti itu? Berikut yang tertulis dalam kitab genom manusa. Dimasa lampau, leluhur kita beralih dari kebiasaan reptil yang menentukan jenis kelamin berdasarkan temperatur telur ke penentuan secara genetik. Alasan yang paling mungkin untuk peralihan itu adalah supaya tiap jenis kelamin dapat mulai berlatih untuk tugas khususnya masing-masing dalam pembuahan. Pada manusia, adanyanya gen penentu jenis kelamin menjadikan laki-laki, sedangkan ketidakhadiran gen itu tetap menjadikan perempuan. Namun pada burung terjadi kebalikannya. Kehadiran gen "pengganggu" itu dengan segera menarik kedekatnya gen-gen lain yang bermanfaat bagi laki-laki, misal: gen untuk otot kekar. Pada perempuan, gen-gen seperti gen otot kekar tidak diperlukan karena hanya akan menguras energi. Lebih baik jika dicadangkan untuk pengasuhan anaknya. Gen-gen sekunder semacam itu mendekatkan diri yang cocok dengan jenis kelamin yang satu dan tidak cocok dengan jenis kelamin yang lain (persaingan antar gen).

Nah, "gangguan" yang ditimbulkan oleh gen dalam kromosom Y ini tidak selalu ektrem dan menghasilkan kelaki-lakian yang seragam. Hal ini karena tertariknya gen-gen sekunder kelaki-lakian tidak selalu sama. Akibatnya ada individu yang tidak ekstrem menjadi laki-laki. Hal ini juga bisa menjelaskan bahwa mengapa lebih banyak laki-laki yg kewanita-wanitaan ketimbang sebaliknya. Ini bukan kelainan, tapi variasi normal. Secara sederhana, laki-laki yang bersifat kewanita-wanitaan bisa dibilang sebagai individu yang ingin "kembali" ke jenis kelamin asalnya, yaitu perempuan.

Kalau memang secara genetik wanita lebih perkasa, mengapa dalam kehidupan masyarakat yang terjadi justru sebaliknya (laki-laki jadi lebih superior)? Wanita dianggap inferior bukan karena alasan fisik atau genetik, tetapi lebih disebabkan alasan kultural kesejarahan. Mengapa demikian? Perempuan dianggap inferior karena dulu rata-rata berusia lebih pendek dari laki-laki. Kenapa? Karena proses melahirkan beresiko kematian tinggi. Sekarang, saat resiko proses melahirkan tak ubahnya seperti mencet jerawat, terbukti wanita didesain untuk berusia lebih panjang ketimbang laki-laki. Contohnya: siklus hormonal perempuan usia subur mengurangi resiko jantung koroner. Setelah menopause, resiko perempuan menjadi sama dengan laki-laki.

Berbicara soal jenis kelamin sama menariknya dengan berbicara gender dan orientasi seksual. Mitos dan labeling masalah ini masih mendominasi. Para ilmuwan biologi telah memberi sumbangan yang besar terhadap pemahaman yang kita miliki sekarang seputar perilaku seksual organisme hidup. Biologi telah menghapus banyak kebingungan yang disebabkan oleh takhayul dan ketidakpastian mengenai cara kerja tubuh. Salah satu contoh, kebingungan kita tentang orientasi seksual individu telah banyak diungkap oleh penelitian biologi dan neurosains. Ada banyak variasi dalam otak kita yang menghasilkan perangkat ketrampilan & perilaku individual. Variasi genetik serta hormon-hormon yang ada dalam otak selama masa perkembangan janin menjadi pondasi bagi perbedaan-perbedaan, termasuk orientasi seksual. Setelah lahir, pengalaman-pengalaman hidup akan mempengaruhi sirkuit-sirkuit otak masing-masing yang khas itu, dan memperkuat berbagai perbedaan tersebut. Salah satu jenis variasi yang ada dalam suatu rangkaian sirkuit pada otak seksual adalah ketertarikan romantis sesama jenis (homoseksual).

Orientasi seksual bukanlah masalah pemberian label diri secara sadar, tapi masalah struktur otak. Hal ini dibuktikan berbagai riset. Berbagai riset pada orang kembar, menjelaskan adanya unsur genetik dalam orientasi seksual, baik pada laki-laki atau perempuan. Sistem saraf dan sirkuit-sirkuit otak pra-kelahiran terbuka pada lingkungan hormonal yang jenisnya berlawanan. Menghasilkan vasriasi orientasi seksual. Contoh: otak yang secara genetik perempuan tapi testosteron mendominasi saat janin, maka sistem dan sirkuit itu akan berkembang ke jalur laki-laki. Lingkungan hormonal pra-kelahiran ini menimbulkan dampak permanen pada ciri-ciri pelaku, salah satunya adalah ketertarikan seksual.

Identitas gender dan orientasi seksual utama dengan peran gender pada perempuan yang kadar testosteronnya lebih tinggi dalam rahim sudah diuji. Perempuan-perempuan ini mengingat perilaku bermain mereka di masa kecil lebih kelaki-lakian dibanding perempuan yang tidak terbuka pada testosteron. Pada perempuan-perempuan ini juga didapatkan bahwa mereka lebih tertarik kepada sesama jenis dan lebih mungkin menjadi homoseksual atau biseksual.

Asal muasal homoseksualitas pada laki-laki berbeda dengan yang terjadi pada perempuan. Sebagian besar riset tentang hal ini lebih diarahkan ke laki-laki. Tapi akhir-alhir ini riset pada perempuan juga banyak mulai dilakukan. Orientasi seksual perempuan rangkaian yang lebih rumit dibanding dengan laki-laki. Perempuan homoseksual memperlihatkan respon pendengaran yang kurang peka, suatu pola yang khas didapatkan pada laki-laki. Kinerja otak perempuan biasanya lebih baik daripada otak laki-laki dalam hasil uji kefasihan bicara verbal. Tapi pada perempuan homoseksual memperlihatkan pergeseran seperti laki-laki dalam nilai-nilai kefasihan verbal mereka dengan sangat bermakna. Berbagai temuan ilmiah ini menunjukkan bahwa struktur otak baik laki-laki dan perempuan untuk orientasi seksual terbentuk selama perkembangan janin. Perkembangan otak ini mengikuti perencanaan gen-gen serta hormon-hormon individu tersebut. Kemudian kerja struktur otak akan dikuatkan lingkungan. Demikian juga dengan orientasi seksual laki-laki. Ditemukan bukti perbedaan struktur anatomi dan fungsional antara laki-laki homoseksual dan heteroseksual.

Dick Swaab menemukan, bagian dari hipotalamus yang disebut sebagai nukleus suprakhiasmatik (SCN) ukurannya 2 kali lebih besar pada laki-laki homoseksual. Perbedaan ini pada gilirannya terbukti disebabkan oleh perbedaan dalam reaksi testosteron terhadap otak yang terus berkembang. Penelitian dengan scaning MRI, kerja otak laki-laki homoseksual lebih menyerupai respon otak perempuan. Ini dilaporkan oleh Ivanka Savic dari Swedia. Dengan PET scanning, ditemukan konektivitas amigdala otak laki-laki homoseksual menyerupai kerja otak perempuan heteroseksual. Hipotalamus otak laki-laki homoseksual dirangsang oleh aroma keringat laki-laki lain. Hipotalamus laki-laki heteroseksual tidak demikian. Respon sirkuit hipotalamus yang berada diluar kesadaran manusia ini memainkan peran yang penting dalam terbentuknya orientasi seksual.

Banyak riset lain juga mendapati berbagai perbedaan struktur dan sirkuit-sirkuit di otak sehingga menghasilkan orientasi seksual yang berbeda. Dari riset-riset tentang orientasi seksual yang sudah dilakukan, menyimpulkan bahwa variasi-variasi yang ada adalah konsekuensi akibat kerja otak yang berbeda-beda. Orientasi seksual adalah hasil resultan pertentangan antar gen dan pengaruh hormon-hormon di otak sejak masa janin. Homoseksual adalah varian yang ada dari spektrum hasil kerja otak tentang orientasi seksual yang memang beragam. Bukanlah kondisi patologis. Karena bukan kondisi patologis, homoseksualitas bukan lah hal yang perlu "diluruskan". Kecuali kalau yang bersangkutan merasa terganggu.

Jika seorang homoseksual merasa tersiksa dengan keadaan orientasi seksualnya, yang jadi fokus dokter adalah menghilangkan perasaan tersiksanya. Seperti seseorang yang terlahir berkulit putih atau coklat, potensi orientasi seksual juga sudah terbentuk sejak sebelun lahir. Orientasi seksual sama juga dengan gender dan jenis kelamin, bukanlah dikotomi hitam-putih, tapi seperti spektrun abu-abu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar